
Namun, di hari itu tidak hanya pemandangan alam yang begitu mempesona. Wisma Duta pun terlihat lain dari hari-hari biasanya. Semua ditata rapi. Kursi-kursi diatur sedemikian rupa untuk menampung sekitar 70 orang tamu. Kain-kain batik dan informasi cara membuat batik juga digelar disalah satu sudut wisma. Tampak juga terlihat beberapa lukisan anak-anak Aceh yang menggambarkan kedahsyatan bencana tsunami yang sengaja dipasang di sebuah papan besar di teras belakang. Lukisan-lukisan ini begitu bermakna dan merenyuhkan hati.
Sebenarnya ada acara apakah hari itu di Wisma Duta? Mengapa ibu-ibu DWP yang sudah berdandan rapi dengan pakaian nasionalnya hilir mudik membenahi meja-meja makanan yang diisi dengan beraneka ragam kue-kue tradisional? Mengapa ada banyak penari tradisional yang telah siap memperagakan tariannya?
Hari itu tanggal 4 Mei 2006, Dharma Wanita Persatuan KBRI Helsinki bekerja sama dengan KBRI Helsinki mengadakan acara "Afternoon Tea" dengan mengundang beberapa Duta Besar negara asing yang wanita dan International Women's Club of Helsinki. Yang membuat istimewa pada acara kali ini adalah adanya sentuhan Aceh. Mengapa Aceh?
Sesuai dengan tema yang dipilih yaitu "Greetings from Aceh" acara ini dimaksudkan untuk memperkenalkan ragam budaya Aceh melalui tari-tarian dan musik tradisional yang mereka dendangkan yaitu Rebana. Beberapa tahun terakhir ini, Aceh telah cukup dikenal oleh masyarakat Finlandia. Hal ini bukan hanya karena bencana tsunami yang menelan ribuan korban jiwa tetapi Aceh juga dikenal karena di Finlandia inilah perundingan perdamaian antara Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (Pemri-GAM) dilaksanakan. Perundingan perdamaian ini dimediasi

Rombongan tari yang tergabung dalam Sanggar Tari Nurul Alam yang hadir di Helsinki tersebut berada di bawah bimbingan Aceh Cultural Institute pimpinan Dr.Hasballah M. Saad, mantan Menkumham RI. Selain itu mereka datang ke Helsinki juga dalam rangka ikut berpartisipasi dalam acara Asian Cultural Festival dan pentas tari tradisional yang diselenggarakan secara terpisah oleh KBRI Helsinki. Namun pada siang itu para penari Aceh akan menunjukkan kebolehannya di depan para tamu dari IWC of Helsinki di Wisma Duta.
Tepat pukul 14.00, tamu-tamu mulai berdatangan. Tampak diantara tamu pertama yang hadir adalah Duta Besar Argentina, Duta Besar Afrika Selatan dan juga Duta Besar Cyprus yang merupakan Duta Besar wanita yang juga anggota IWC. Presiden IWC, Ansa Fagernas juga hadir diantara para tamu. Dari wajah mereka terlihat keingintahuan yang besar tentang budaya Aceh. Ibu Duta Besar RI untuk Finlandia, merangkap Estonia, selaku penasehat DWP KBRI Helsinki, Ibu Iris Indira Murti menyambut hangat para tamu-tamu yang hadir. Ibu-ibu DWP beramah tamah dengan para undangan yang semakin memadati Wisma Duta.
Duplak ..... duplak ..... dung ..... suara gendang mulai terdengar dan para penari mulai menunjukkan kebolehannya. Kelompok penari dari Sanggar Nurul ALam segera menampilkan tari Ranub Lampuan y

Setelah penampilan tarian kedua, Tarik Pukat, para undangan di persilahkan untuk mencicipi hidangan tradisional Indonesia, antara lain jajan pasar, lumpia, semar mendem, pastel dan banyak lagi. Sambil menikmati makanannya para tamu juga dipersilahkan menyaksikan pameran lukisan anak-anak Aceh yang di pasang di teras belakang wisma yang dibuat oleh anak-anak Aceh bersadarkan pengalaman dan imajinasi mereka melihat bencana tsunami yang melanda wilayahnya pada waktu itu. Lukisan-lukisan tersebut yang dikelol

Banyak dari para tamu yang berdecak kagum sekaligus larut dalam kesedihan melihat lukisan-lukisan tersebut terlebih pula jika mengingat bahwa mereka yang melukis adalah saksi langsung atas tragedi bencana tsunami. Namun beberapa dari mereka menyatakan optimis dengan masa depan anak-anak Aceh, seperti yang dikatakan oleh Mrs. Hissa Irina dari Kedutaan Rusia "They still use good color and the painting is colorful .... it means they still have a good future in their hands. Most of them do not use grey and dark color which usually represent sadness" Mrs. Kabemura Minako dari Kedutaan Jepang menyatakan hal yang sama bahwa "the painting still colorful, it is a good point for them" Pada umunya para undangan juga merasa yakin bahwa anak-anak Aceh tersebut masih memiliki sikap optimis untuk menyongsong masa depan mereka yang gemilang.
Acara terus berlanjut, tari Saman merupakan tarian yang paling memukau pengunjung dan juga merupakan tarian pamungkas untuk menutup acara Afternoon Tea di siang hari itu. Gerakan yang kompak dan bersemangat mengundang tepuk tangan yang berulang dari para tamu. Decak kagum terdengar dari beberapa pengunjung atas kebolehan para penari yang usia mereka masih sangat belia. Umumnya mereka masih berusia belasan tahun dan masih duduk dibangku kuliah bahkan ada beberapa dari mereka yang masih di bangku SMA.
Salah satu anggota IWC, Mrs. Iva Fortelkova dari Republik Ceko, menyatakan "it was a very good performance, they are still young but professional". Lagerroos Elisa dari Finland menyatakan "it was so beautiful dance, energic and the movement is so vigorous".

Diakhir acara, para tamu juga diberi kesempatan untuk berbincang-bincang dan berfoto bersama dengan para penari. Tentunya kesempatan ini tidak disia-siakan oleh mereka. Keceriaan, kekaguman dan rasa keingintahuan yang dalam tampak di wajah para tamu. Namun, tanpa terasa waktu terus berlalu dan menunjukkan pukul 16.00. Satu persatu tamu mohon diri dan meninggalkan Wisma Duta ...... dan tentunya mereka pulang dengan membawa kenangan tersendiri atas Afternoon Tea yang baru saja mereka hadiri.
No comments:
Post a Comment